I. KATAGA
Secara harafiah pengertian KATAGA
adalah berasal dari kata TAGA yang mendapat awalan KA yang artinya “Mari kita
potong atau pancung”. Dalam arti yang lain KATAGA adalah memperhitungkan
kekuatan lawan dan di mana letak-letak kelemahan lawan. Makanya gerakan-gerakan
kaki dalam tarian ini sepertinya maju mundur pada awalnya.
Kataga juga berasal dari kata
(Katagahu) Bahasa Sumba yaitu kegiatan memotong kepala manusia korban
peperangan.
II.
SEJARAH TARIAN KATAGA
Konon pada jaman dahulu di Sumba
pernah terjadi perang antar kampung atau suku yang disebut dengan perang
tanding. Dalam perang tanding tersebut, yang menang akan membawa pulang kepala
musuh yang kalah sebagai simbol kemenangan mereka. Pemotongan kepala musuh pun
dilakukan dengan sangat hati – hati dan penuh perhitungan agar tidak merusak
terkorak tersebut. Selanjutnya kepala musuh tadi akan dimasak di atas tungku
(Adung Bani) yaitu (kabellaku da binnu, kaitu dama jauli) yang berarti “tempat
yang tidak pernah penuh dan selalu meminta untuk diisi”. Setelah dimasak kepala
tersebut kemudian digantung/dikubur kedalam tanah di halaman rumah adat yang
disakralkan pemenang (Tugu Adung pelataran/ Talora).
Apabila ada pihak ketiga melakukan perjanjian damai pada kedua pihak, maka tengkorak kepala tersebut bisa dibawa pulang kembali oleh pihak musuh sebagai tanda perdamaian. Setelah perjanjian perdamaian tersebut selesai, biasanya para prajurit yang ikut dalam perang tanding akan memperagakan cara mereka berperang, bagaimana mereka menyerang, menangkis, menghindar, hingga memotong kepala musuh. Namun setelah tradisi perang tanding sudah dihilangkan, maka mereka menjadikan gerakan tersebut menjadi sebuah gerak tari yang saat ini disebut dengan Tari Kataga. Kataga sendiri berasal dari kata “katagahu” yang berarti kegiatan memotong kepala korban peperangan.
Tarian Kataga merupakan salah satu tarian tradisional di Indonesia yang memiliki nilai seni, filosofis, dan historis. Nilai seni tersebut terlihat dari gerakan para penari yang merupakan perpaduan seni tari dan seni perang masyarakat Sumba. Setiap gerakan Tari Kataga juga memiliki filosofi dan makna tersendiri bagi masyarakat sumba terkhususnya wilayah WANOKAKA dan ANAKALANG. Selain itu Tari Kataga juga merupakan tarian yang diangkat dari sejarah masyarakat Sumba pada jaman dahulu, sehingga kaya akan nilai historis.
III. PENARI KATAGA
Tari Kataga ini biasanya
dimainkan oleh 8 (delapan) orang atau lebih penari pria dengan kostum adat khas
Sumba dan dilengkapi senjata seperti pedang (Katopu) dan perisai (Toda).
Dalam pertunjukannya para penari
tersebut dibagi menjadi dua kelompok yang menggambarkan dua kubu yang saling
berperang. Dengan diiringi oleh iringan musik tradisional yang cepat, para
penari menari sambil meneriakan suara yang khas (paceliyawaw/kakallak) sehingga
membuat suasana pertunjukan semakin meriah.
Gerakan tarian ini biasanya
didominasi dengan gerakan mengayunkan pedang dan gerakan kaki yang
meloncat-loncat diikuti dengan gerakan badan seperti menghindari serangan.
Selain itu juga diselingi dengan gerakan menepukan perisai pada saat formasi
berbaris. Gerakan Tari Kataga ini terbilang sulit sehingga hanya orang terlatih
yang bisa melakukannya. Selain itu dibutuhkan juga kekompakan agar gerakan tari
terlihat indah dan menarik.
IV. ALAT/KOSTUM PENARI KATAGA
Kostum yang digunakan oleh para
penari saat pertunjukan biasanya merupakan pakaian adat masyarakat Sumba,
terdiri dari :
Kain panggiling, kain kombu, kain hitam,kain merah (hasil tenunan)
Rowa/kapauta (alas kepala)
Katopu (pedang/parang)
Giring – giring
Tambur Sumba